BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arus globalisasi saat
ini menimbulkan banyak sekali perubahan dari segala aspek kehidupan. Perubahan
ini tidak dapat dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih. Hal ini menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya pendidikan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi mereka.
Di era globalisasi ini,
Dunia pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi yang sebagian besar bersumber dari negara-negara barat seperti:
televisi, handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam
yang tidak bisa lepas dari fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin
pendidikan Islam hanya melalui cara-cara dasar yang seperti ceramah dalam
menyampaikan materi saja. Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi
pendidikan Islam itu sendiri. Apabila tidak bisa melakukannya maka yang akan
terjadi adalah pendidikan Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran Islam Nabi
SAW. kita harus menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam
ajaran Islam untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
B. Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan tentang Pendidikan Islam.
2.
Menjelaskan tentang Globalisasi.
3.
Menjelaskan tentang Pendidikan dalam Islam.
C. Tujuan
1.
Mengetahui tentang Pendidikan Islam.
2.
Mengetahui tentang Globalisasi.
3.
Mengetahui tentang Pendidikan dalam Islam.
D. Manfaat Penulisan
1.
Menambah wawasan terhadap Pendidikan Islam di era globalisasi.
2.
Dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan
Islam
Pada saat ini dunia
pendidikan memiliki banyak cabang , di antaranya pendidikan Bahasa Inggris,
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Dasar Matematika, Pendidikan Islam dan
lain-lain. dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang pendidikan Islam.
istilah pendidikan Islam berasal dari gabungan dua kata yaitu kata “Pendidikan”
dan “Islam”. dalam bahasa Arab, pendidikan Islam dikenal dengan At
Tarbiyatul Al Islamiyah (التّربيّة الاسلامية). Adapun dalam bahasa Inggris sering
disebut Islamic Education.
Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik,
yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia
ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan
misi kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Agama
islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai
aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya
ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk
melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh
bekal kehidupan yang baik dan terarah
Adapun yang dimaksud dengan
pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan
Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
a. Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany
mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu
pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi
asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan
perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain
itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan
kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam
semesta.
b. Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan
pengertian pendidikan islam sebagi berikut;
“Islamic education in true sense
of the term, is a system of education which enables a man to lead his life
according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in
according with tenent of islam”.
Pendidikan dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia
dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam.
Pengertian itu mengacu pada
perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip
islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.
c. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian
pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia
untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Ke tiga
definisi di atas tidak terlepas dari
prinsip pendidikan dalam Islam yang terdapat dalam Al Qur’an, yaitu :
1.
Pendidikan merupakan
proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu ( QS.
Al-Mujadilah 58:11)
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
2.
Sebagai
model, maka Rasulullah saw sebagai uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab 33:21)
yang dijamin Allah memiliki akhlaq mulia (QS. Al-Qalam 68:4)
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya :
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab 33:21)
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung.” (QS.
Al-Qalam 68:4)
Seluruh umat manusia
harus mengetahui tentang pendidikan Islam secara keseluruhan agar memantapkan
keimanan dan ketaatan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Pendidikan Islam dapat
dijumpai di berbagai lembaga-lembaga yang berbasis Islami mulai dari tingkat
rendah sampai tingkat yang paling tinggi, seperti : MI, Pondok Pesantren, MTs,
MA, IAIN, dan lain-lain. Namun pendidikan Islam juga bisa diperoleh di
lembaga-lembaga umum misalnya : SD, SMP, SMA, SMK, dan lain-lain, sebagai salah
satu mata pelajaran.
Pendidikan Islam
dikaitkan dengan konsepsi kejadian manusia yang sejak awal kejadiannya sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna yang dibekali potensi akal dan ilmu. Hal ini
merupakan sebuah bukti bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna
harus bisa menjadi khalifah yang berilmu dan bertanggungjawab atas apa yang
telah dipimpinnya.
B. Dasar dan Tujuan
Pendidikan Islam
Setiap pengetahuan atau
ilmu mempunyai dasar-dasarnya. Dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan
Al-Hadits (sunah Nabi). Di atas kedua pilar ini dibangun konsep dasar
pendidikan Islam. Menuntut ilmu adalah instruksi agama, karena ilmu merupakan
salah satu bekal manusi, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah SWT.
memerintahkan manusia untuk “membaca” sesuai firman-Nya :
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ.(١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ.(٢) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الأكْرَمُ.(٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ.(٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ.(٥).
Artinya:
“Bacalah engkau
(Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menjadikan (segala makhluk) yang menjadi
manusia daripada segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu adalah yang paling Maha
Mulia yang mengajar dengan (perantara) kalam. Ia (Allah) yang mengajar manusia
apa yang mereka tidak tahu”. (QS. Al-‘Alaq : 1-5).
Demikian juga banyak
dalam Hadits Nabi SAW untuk menuntut ilmu sebagai kewajiban yang harus
dilakukan umat Islam, meskipun tempat menuntut ilmu di daerah yang jauh
sekalipun, seperti hadits Nabi:
اُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ
بِالصِّينْ.
Artinya:
“Carilah
ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”
Adapun tujuan dari
Pendidikan Islam di antaranya sebagai berikut:
1.
Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan muka bumi dengan sebaik-baiknya,
yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan
aturan-aturan dan kehendak Tuhan.
2.
Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia
memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan untuk mendukung tugas pengabdian dan
kekhalifahanya.
3.
Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Pendidikan Islam
berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik yang berilmu, berteknologi,
beriman, dan beramal saleh. Untuk melahirkan manusia yang baik agar bisa
menjalankan kekhalifahannya di muka bumi. Semua dilakukan hanya semata-mata
untuk beribadah kepada Allah. hal ini diperkuat dengan firman Allah:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ. (٥٦)
Artinya:
“Tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah”.
C. Lembaga Pendidikan
Islam
Pendidikan Islam telah
dimulai di Indonesia sejak masuknya Islam ke wilayah ini. Pendidikan Islam
mulanya berlangsung di daerah-daerah pesisir pantai. Mereka berdagang sambil
mengajarkan agama Islam setelah masyarakat Muslim terbentuk kemudian di bangun
masjid sebagai tempat ibadah dan mengajarkan pendidikan Islam melalui ceramah,
membaca Al-Qur'an dan lain-lainnya. selanjutnya muncullah lembaga pendidikan
yang khusus untuk proses pembelajaran yang disebut Pesantren.
Menurut Haidar Putra,
“Lembaga pendidikan Islam terdiri dari 3 bentuk, yaitu :
1.
Lembaga pendidikan informal yaitu yang berlangsung di rumah tangga.
2.
Lembaga pendidikan non formal yang berlangsung di masyarakat.
3.
Lembaga pendidikan formal yang berlangsung di sekolah.
Khusus lembaga
pendidikan formal ada empat jenis bentuknya, yakni Pesantren, Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi”. (Lihat Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA.
2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta. hlm. 10).
Sedangkan menurut
Ungguh Muliawan, “Lembaga pendidikan Islam menurut bentuknya dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu, lembaga pendidikan di luar sekolah dan lembaga pendidikan di
dalam sekolah”. Lembaga pendidikan di luar sekolah yang dimaksud yaitu lembaga
nonformal seperti keluarga, masyarakat, tempat peribadatan, TPA, pesantren.
Sedangkan lembaga pendidikan di dalam sekolah (formal) seperti sekolah Islam
madrasah dan perguruan tinggi Islam”. (Lihat Jasa Ungguh Muliawan. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Usaha Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu
dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. hlm. 154).
Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam dapat diperoleh di mana saja dan kapan
saja. Dalam pandangan Ungguh Muliawan bahwa pendidikan di luar sekolah secara
hierarkis menduduki tempat pertama (paling konkrit) sekaligus terakhir (paling
filosofis) dengan beberapa alasan. Alasan pertama, menurut urutan proses,
pendidikan di luar sekolah lebih awal dan akhir didapat oleh peserta didik
dibandingkan pendidikan di dalam sekolah. Alasan lain secara Akumulatif ruang
dan waktu, pendidikan yang didapat oleh peserta didik di dalam lingkungan
persekolahan secara umum relatif lebih sedikit dibandingkan di luar sekolah.
BAB III
GLOBALISASI
A. Pengertian Globalisasi
Menurut wikipedia,
“kata globalisasi di ambil dari kata global yang
maknanya universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan
kecuali sekitar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi
mana orang melihatnya. (Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi). Dari
perbedaan orang-orang memandang globalisasi maka muncullah masyarakat yang
menerima globalisasi (masyarakat pro-globalisasi) dan masyarakat yang
menolak globalisasi (masyarakat anti globalisasi).
Setiap manusia tidak
bisa terhindar dari arus globalisasi ini, kecuali dia tidak menjalin kontak
dengan orang lain, tidak melihat acara-acara di televisi, tidak mendengarkan
radio, dan dia hidup dengan apa adanya. Namun, hanya segelintir manusia bisa
melakukan hal seperti itu karena manusia mempunyai sifat makhluk sosial yaitu
selalu membutuhkan orang lain.
Globalisasi berawal
dari transportasi dan komunikasi. Tetapi dampaknya segera terasa dalam berbagai
bidang kehidupan manusia baik ekonomi, politik, perdagangan, gaya hidup, bahkan
agama”. (Lihat Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 233.). Begitu cepat masyarakat mengikuti
perkembangan zaman, mereka tidak mau ketinggalan sedikitpun dari perkembangan
ini.
Berikut ini beberapa
ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia:
1.
Perubahan dalam konsep dan waktu seperti adanya telepon genggam, televisi,dan
internet menjadikan komunikasi semakin cepat.
2.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan Perdagangan international.
3.
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.
4.
Meningkatkan masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan krisis
multinasional, instalasi regional, dan lain-lain.
B. Dampak Globalisasi
Perkembangan zaman
mengakibatkan gaya hidup manusia menjadi berubah yang semula mereka saling
membutuhkan menjadi bersikap individualis dan tak peduli dengan orang lain. Globalisasi
selain menghadirkan dampak ‘positif’ untuk hidup mudah, nyaman, murah, indah,
maju. Juga mendatangkan dampak ‘negatif’ yaitu menimbulkan keresahan,
penderitaan dan penyesatan.
Bagi masyarakat,
Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang banyak menimbulkan dampak negatif
yang di bawa oleh negara-negara Barat (terutama Amerika Serikat) dengan tujuan
agar masyarakat mengikuti cara hidup di negara mereka. efek-efek negatif
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang mempunyai nilai materi
(tidak produktif) dianggap sebagai tindakan yang rasional.
2.
Jatuhnya manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material.
3.
Peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedang urusan dunia menjadi
wewenang sains (sekularistik).
4.
Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, tetapi tidak hadir dalam perilaku
dan tindakan.
5.
Terjadinya frustasi eksistensial seperti hasrat yang berlebihan untuk
berkuasa merasa hidupnya tidak bermakna.
6.
Terjadinya ketegangan-ketegangan informasi di kota dan di desa, kaya dan
miskin, konsumeris. (Lihat Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 235).
Qodri Azizy menyatakan
juga bahwa globalisasi dapat berarti alat. Ketika itu, globalisasi menjadi
netral artinya ia mengandung hal-hal positif jika dimanfaatkan dengan tujuan
baik dan begitupun sebaliknya. (Lihat Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 22.).
BAB IV
PENDIDIKAN ISLAM DI ERA
GLOBALISASI
A. Pengaruh Globalisasi
dalam Pendidikan Islam
Globalisasi sering
diterjemahkan mendunia. Segala apapun yang terjadi di dunia begitu cepatnya
menyebar di seluruh pelosok baik berupa data, temuan-temuan, bencana, peristiwa
apapun. Semua orang di dunia bisa mengetahui semua itu melalui berbagai media
seperti HP, TV, Radio. Malahan sekarang ada yang lebih canggih yaitu internet.
Azyumardi
Azra mengatakan “Pendidikan Islam merupakan pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan ketrampilan dengan tujuan menyiapkan manusia untuk
menjalani hidup dengan lebih baik. (Lihat Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. hlm. 5). Namun hal itu tidak
berjalan dengan lurus, karena pendidikan Islam dipengaruhi oleh arus
globalisasi yang terjadi saat ini. Globalisasi merupakan ancaman besar bagi
pendidikan Islam untuk mempertahankan nilai-nilai agama yang murni.
Perubahan dalam bidang
pendidikan meliputi isi pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, dan
lain sebagainya. salah satu aspek yang amat besar pengaruhnya adalah
kurikulum.” (Lihat Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 95.).
Pendidikan Islam
nampaknya masih terkungkung dalam posisi defensif (untuk tidak mengatakan
tertinggal) dan tidak mempunyai posisi yang kuat, apalagi ke arah otensif dalam
peradaban dunia. padahal pendidikan Islam sarat dengan muatan moral dan
spiritual bisa berfungsi, menjadi terapi tragedi kemanusiaan akibat dampak
globalisasi.
B. Tantangan Pendidikan
Islam di Era Globalisasi
Pendidikan Islam di
zaman ini menghadapi tantangan-tantangan yang serius untuk tetap eksis di
dunia pendidikan. Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
1.
Orientasi dan tujuan pendidikan.
2.
Pengelolaan (manajemen) sistem manajemen ini yang akan mempengaruhi dan
mewarnai keputusan dan kebijakan yang diterapkan dalam sebuah lembaga
pendidikan.
3.
Hasil (out put). Bagaimana produk yang dihasilkan dari sebuah lembaga
pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out putnya).
Dalam pandangan Haidar
Putra Daulay menjelaskan “Tantangan globalisasi bagi pendidikan Islam yaitu
masalah kualitas. Era global adalah era pesaing bebas. Maka akan terjadi
pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak. (Lihat Prof. Dr. A. Haidar
Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 27-20). Pertukaran manusia, barang,
jasa, teknologi dan lain-lain adalah hal yang dipersaingan dalam era global
ini. Untuk itu perlu dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat
penting untuk menentukan kualitas lembaga pendidikan, negara dan agama.
Selain tantangan
kualitas juga tantangan moral era globalisasi banyak membawa dampak negatif
generasi muda sekarang sudah terpengaruh dengan pergaulan yang global. Hal-hal
yang tidak semestinya dilakukan oleh generasi muda seperti minum
miras, menggunakan narkoba, melakukan seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi
mereka. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu belaka tanpa memikirkan akibatnya.
Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin diefektifkan di lingkungan
lembaga pendidikan Islam.
C. Peluang Pendidikan
Islam di Era Globalisasi
Dr. A. Qodri Azizi
(2003 : 19) menyatakan “pada prinsipnya globalisasi mengadu pada
perkembangan-perkembangan yang cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi
dan informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah
untuk dijangkau. (Lihat Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi:
Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. hlm. 19).
Dari perkembangan
yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa berpeluang besar
untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Menurut beberapa cendekia
muslim, agar Islam dapat berarti bagi masyarakat global maka Islam diharapkan
tampil dengan nuansa sebagai berikut:
1.
Menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur
lara bagi kegarahan hidup modern.
2.
Menghadirkan Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama
apapun yang dianutnya
3.
Menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif.
4.
Menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik, etos
ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan etos pembangunan.
5.
menampilkan revivalitas Islam dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih
berorientasi ke dalam (in mard ariented) yaitu membangun kesalehan, intrinsik
dan esoteris daripada intersifikasi ke luar (out wad oriented) yang lebih
bersifat ekstrinsik dan eksoteris, yakni kesalehan formalitas. (Lihat Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 236-237 ).
D. Langkah-Langkah Strategis Dalam
Pengembangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi
Kenyataan yang tak
dapat dipungkiri, pendidikan Islam di negeri ini belum mampu menunjukkan jati
dirinya. Masyarakat masih melihat dan menilai pendidikan Islam dengan “sebelah
mata”. Perlu dilakukan gerakan / langkah-langkah strategis dalam pendidikan
Islam di era globalisasi, di antaranya adalah :
1.
Membangun Paradigma Pendidikan Islam yang sebenarnya
Melakukan kajian yang mendalam untuk membangun kembali paradigma pendidikan
Islam sesuai dengan semangat ’Ruhul Islam’ yang sebenarnya. Pendidikan Islam
yang berpijak kepada Al Qur’an dan AsSunnah. Pikiran-pikiran yang perlu
ditegaskan antara lain:
2.
Membangun Model Lembaga Pendidikan Islam yang ideal
Perlu ada model sekolah/lembaga pendidikan Islam yang dibangun dengan
format yang ideal. Boleh jadi ada satu sekolah yang memiliki satu atau dua
keunggulan, sementara sekolah lain memiliki keunggulan pada aspek lainnya.
Sekolah-sekolah model inilah yang kemudian dapat dijadikan contoh yang dapat
ditiru oleh sekolah-sekolah Islam lainnya. Setidaknya kita berharap akan
menemukan lembaga pendidikan Islam yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Mengusung nilai dan
pesan Islam sebagai ruh dalam setiap kegiatan sekolah. Seluruh dimensi kegiatan
sekolah senantiasa bernafaskan semangat nilai dan pesan-pesan Islam. Adab dan
etika pergaulan seluruh waga sekolah dan lingkungannya, tata tertib dan aturan,
penataan lingkungan, pemfungsian mesjid/musholla, aktivitas belajar mengajar,
berbagai kegiatan sekolah baik reguler ataupun non reguler semuanya
mencerminkan realisasi dari ajaran Islam.
b. Menerapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar
mengajar. Pendekatan pembelajaran mengacu kepada prinsip-prinsip belajar,
azas-azas psikologi pendidikan serta perkembangan kemajuan teknologi instruksional.
Menggunakan kemampuan dan keterampilan berfikir yang kaya seperti : berfikir
kritis, kreatif, analitis, induktif, deduktif, problem solving melalui berbagai
macam pendekatan pembelajaran. Penggunaan sumber, media dan peraga dalam
kegiatan belajar merupakan bagian dari upaya memunculkan suasana belajar yang
stimulatif, motivatif dan fasilitatif. Pembelajaran harus lebih diarahkan pada
pada proses learning yang produktif, ketimbang proses teaching. Peserta didik
diarahkan dan difasililitasi untuk mampu mendaya-gunakan kemampuannya sebagai
pembelajar yang terampil dan produktif.
c. Mengedepankan qudwah
hasanah dalam membentuk karakter peserta didik. Seluruh tenaga kependidikan
(baik guru maupun karyawan sekolah) mesti menjadi figure contoh bagi peserta
didik. Keteladan akan sangat berpangaruh terhadap hasil belajar. Dan kualitas
hasil belajar sangat dipengaruhi kualitas keteladanan yang ditunjukkan oleh
tenaga kependidikan.
d. Menumbuhkan nuansa religius
dalam iklim dan lingkungan sekolah: Lingkungan sekolah harus marak dan ramai
dengan segala kegiatan dan perilaku yang terpuji seperti: terbiasa dengan
menghidupkan ibadah dan sunnah, menebar salam, saling hormat-menghormati dan
menyayangi dan melindungi, bersih dan rapih. Di sisi lain lingkungan sekolah juga
harus terbebas dari segala perilaku yang tercela seperti umpatan, makian, dll.
e. Melibatkan peranserta
orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Ada
kerjasama yang sistematis dan efektif antara guru dan orangtua dalam mengembangkan
dan memperkaya kegiatan pendidikan dalam berbagai aneka program. Guru dan
orangtua saling bahu-membahu dalam memajukan kualitas sekolah. Orangtua harus
ikut secara aktif memberikan dorongan dan bantuan baik secara individual kepada
putera-puterinya maupun kesertaan mereka terlibat di dalam sekolah dalam
serangkaian program yang sistematis. Keterlibatan orangtua memberikan pengaruh
yang sangat signifikan dalam meningkatkan performance sekolah.
f. Menjamin seluruh proses
kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu. Ada system manajemen mutu
terpadu yang mampu menjamin kepastian kualitas penyelenggaraan sekolah. Sistem
dibangun berdasarkan standar mutu yang dikenal, diterima dan diakui oleh
masyarakat.
3.
Memperkaya Kurikulum PAI yang berwawasan: perjuangan,
kebangsaan, global, iptek, demokratis, pluralis.
Pelajaran Agama Islam bukan semata mempelajari materi-materi Islam dalam
konteksnya sebagai ’ulum syar’iyah (Fiqh, Ibadah, Akhlaq, Aqidah) , melainkan
diposisikan sebagai pelajaran agama yang memberikan kerangka pengetahuan, sikap
dan perilaku yang sangat relevan dan dibutuhkan dalam konteks kehidupan masa
kini. PAI berwawasan perjuangan berarti menegaskan pentingnya semangat juang
yang tinggi untuk membela kebenaran, keadilan, kezhaliman, kemunkaran
sebagaimana yang banyak dipesankan oleh AlQur’anul Karim. PAI berwawasan
kebangsaan berarti, di dalamnya juga terkandung muatan nilai-nilai cinta dan
bela tanah air, selalu peduli akan kejayaan dan kemakmuran bangsa dan negara.
PAI berwawasan global berarti menjadikan Islam agama yang mampu memberikan
perspektif, arahan dan bekalan dalam kehidupan global yang sangat syarat dengan
kemajuan sains dan teknologi yang berimplikasi luas bagi kehidupan antar
manusia (mu’amalah). PAI berwawasan iptek berarti memberi kerangka yang tepat
bagi pengembangan dan penggunaan iptek untuk kemaslahatan kehidupan (wasailul
hayah), yang implikasinya adalah PAI yang seimbang antara aspek fikr dan dzikr;
memicu dan memacu peserta didik, untuk berfikir keras dan mendalam tentang
alam. PAI berwawasan demokratis menekankan kepada inti dari demokrasi itu
sendiri yaitu: penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
yang sungguh sangat dijamin dalam ajaran Islam. PAI berwawasan tawasuth berarti
menjelaskan bahwa Islam menerima (toleran) terhadap berbagai keragaman etnis,
budaya, bangsa dan agama sebagai suatu realita kehidupan, tanpa mengorbankan
prinsip-prinsip aqidah yang sudah jelas (qoth’i).
4.
Membangun Jaringan Lokal dan Global dengan sesama
lembaga pendidikan Islam
Percepatan kemajuan lembaga pendidikan Islam sangat ditentukan oleh kemampuan mereka dalam membangun kerjasama. Diperlukan networking
yang efektif yang dapat memainkan peranan dalam:
Percepatan kemajuan lembaga pendidikan Islam sangat ditentukan oleh kemampuan mereka dalam membangun kerjasama. Diperlukan networking
yang efektif yang dapat memainkan peranan dalam:
ü Meningkatkan mutu dan
intensitas komunikasi virtual sehingga terjadi sharing (berbagi): masalah,
penglaman, infromasi, sumber (resources), kerjasama melalui media milis,
website, sms.
ü Menggalakkan kerjasama
peningkatan mutu penyelenggaraan antar jaringan sekolah pada regional/wilayah
terjangkau sehingga terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan mutu
sekolah. Contoh: - kelompok kerja profesional (kepala sekolah, guru bidang
studi, walikelas, kepala tata usaha).
ü Menggalakkan kompetisi
yang sehat (Fastabiqul Khoyrot) untuk memacu dan memicu motivasi berkarya,
mengembangkan inovasi dan prestasi melalui serangkaian lomba: olimpiade mata
pelajaran,
ü Menggalakkan kompetisi
yang sehat (fastabiqul khoyrot) untuk memacu dan memicu motivasi berkarya,
mengembangkan inovasi dan prestasi melalui serangkaian lomba: olimpiade mata
pelajaran, karya kreasi guru, sekolah asri, dsb.
ü Menyelenggarakan
kegiatan siswa bersama: jambore, ekshibisi, study tour, pertukaran siswa.
5.
Menjalin kemitraan dengan industri, institusi dan
pusat-pusat iptek, budaya dan ekonomi
Mendekatkan dunia pendidikan Islam dengan dunia nyata dan kongkrit
merupakan salah satu upaya yang sangat berarti. Dengan jalinan kerjasama dan
kemitraan yang efektif kepada industri, institusi atau lembaga-lembaga iptek,
budaya ataupun lembaga ekonomi, bahkan instansi militer akan memperkaya dan
memperluas sumber belajar. Jalinan kemitraan ini akan menutupi banyak kelemahan
dan kekurangan sumber daya yang dimiliki lembaga pendidikan Islam. Pendidikan
sains akan sangat efektif ketika peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dan
langsung di pusat-pusat penelitian dan pengembangan seperti LIPI, BPPT,
Puspiptek dll. Wawasan HAM, Demokrasi ataupun Politik dapat dipelajari langsung
di lembaga-lembaga Negara, partai politik, LSM dan sebagainya. Demikian pula
pada upaya peningkatan mutu pembelajaran social, ekonomi, budaya, hukum bahkan
agama dapat diperkaya dengan pendekatan “experience learning” ke sentra-sentra
kegiatan nyata di tengah-tengah masyarakat.
BAB V
PENUTUP
Kebangkitan dan kejayaan suatu kaum tidak akan pernah sukses kalau sendi
dan pilar pendidikannya rapuh. Menjayakan sekolah merupakan suatu keniscayaan
(compulsary) yang tidak terbantahkan baik ditinjau dari aspek logis, idealis,
filosofis ataupun historis. Sekolah Islam seharusnya memainkan peranan yang
penting dalam memajukan mutu pendidikan, baik untuk dirinya maupun dalam
konteks pendidikan nasional. Kebangkitan sekolah Islam bersendikan kepada
pengembangan model sekolah yang mengacu kepada azas-azas pendidikan sebagaimana
diisyaratkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah, dan diinspirasi oleh temuan-temuan
riset pendidikan dan pengalaman sekolah-sekolah modern kelas dunia.
A. Kesimpulan
Dari
makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada intinya pendidikan Islam di era
globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman
dan perkembangan teknologi. Maka yang harus dilakukan adalah mengembangkan
sistem pendidikan yang berwawasan global agar menghasilkan out put (lulusan)
dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu, supaya mereka percaya diri
dalam menghadapi persaingan global
B. Saran
ü Agama Islam
adalah Agama yang luas, termasuk ajaran-ajaran atau metode-metode tentang
pengajaran dan pendidikan, namun pilihlah di antara jalan tersebut apa yang
kita merasa cocok.
ü Di harapkan
kepada para pembaca, untuk pembuatan makalah selanjutnya, agar bisa menambah
referensi yang lebih mendukung, karena dalam pembuatan makalah ini penyusun
hanya menggunakan beberapa referensi saja, hal ini di karenakan keterbatasan pengetahuan
dan sumber yang penyusun dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifi, Ahmad. (ed).
2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi
Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Azizy, A. Qodri.
2003. Melawan Globalisasi: Interpretasi Agama Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azra, Azyumardi.
1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Daulay, A. Haidar
Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Muliawan, Jasa Ungguh.
2005. Pendidikan Islam Integratif: Usaha Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifai'i, Moh. dan
Rosidi Abdulghani. 1991. Al-Qur'an dan Terjemah. Semarang: CV.
Wicaksana.
Tim Penyusun.
2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Wikipedia. 2009. Globalisasi (online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi, diakses tanggal 25 Desember 2009).
Wikipedia. 2009. Pendidikan (online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan, diakses tanggal 25 Desember 2009)
Wordpress. 2009. Definisi
Islam (online) (http://islam murni.wordpress.com/2009/ 10/31/definisi
Islam/, diakses tanggal 25 Desember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar