HOME

MERAJUT ASA MENGGAPAI CITA

Rabu, 22 April 2015

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak sekali perubahan dari segala aspek kehidupan. Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya pendidikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi mereka.
Di era globalisasi ini, Dunia pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian besar bersumber dari negara-negara barat seperti: televisi, handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam yang tidak bisa lepas dari fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin pendidikan Islam hanya melalui cara-cara dasar yang seperti ceramah dalam menyampaikan materi saja. Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi pendidikan Islam itu sendiri. Apabila tidak bisa melakukannya maka yang akan terjadi adalah pendidikan Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran Islam Nabi SAW. kita harus menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

B.     Rumusan Masalah
                              1.            Menjelaskan tentang Pendidikan Islam.
                              2.            Menjelaskan tentang Globalisasi.
                              3.            Menjelaskan tentang Pendidikan dalam Islam.

C.    Tujuan
                              1.            Mengetahui tentang Pendidikan  Islam.
                              2.            Mengetahui tentang Globalisasi.
                              3.            Mengetahui tentang Pendidikan dalam Islam.

D.    Manfaat Penulisan
                              1.            Menambah wawasan terhadap Pendidikan Islam di era globalisasi.
                              2.            Dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pengertian Pendidikan Islam
Pada saat ini dunia pendidikan memiliki banyak cabang , di antaranya pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Dasar Matematika, Pendidikan Islam dan lain-lain. dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang pendidikan Islam. istilah pendidikan Islam berasal dari gabungan dua kata yaitu kata “Pendidikan” dan “Islam”. dalam bahasa Arab, pendidikan Islam dikenal dengan At Tarbiyatul Al Islamiyah (التّربيّة الاسلامية). Adapun dalam bahasa Inggris sering disebut Islamic Education.
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
a.       Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.

b.      Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagi berikut;
Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in according with tenent of islam”.
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam.
Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.

c.       Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Ke tiga definisi di atas tidak terlepas dari  prinsip pendidikan dalam Islam yang terdapat dalam Al Qur’an, yaitu :
                              1.            Pendidikan merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu (   QS. Al-Mujadilah 58:11)
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

                              2.            Sebagai model, maka Rasulullah saw sebagai uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab 33:21) yang dijamin Allah memiliki akhlaq mulia (QS. Al-Qalam 68:4)
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab 33:21)
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam 68:4)

Seluruh umat manusia harus mengetahui tentang pendidikan Islam secara keseluruhan agar memantapkan keimanan dan ketaatan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Pendidikan Islam dapat dijumpai di berbagai lembaga-lembaga yang berbasis Islami mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi, seperti : MI, Pondok Pesantren, MTs, MA, IAIN, dan lain-lain. Namun pendidikan Islam juga bisa diperoleh di lembaga-lembaga umum misalnya : SD, SMP, SMA, SMK, dan lain-lain, sebagai salah satu mata pelajaran.
Pendidikan Islam dikaitkan dengan konsepsi kejadian manusia yang sejak awal kejadiannya sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna yang dibekali potensi akal dan ilmu. Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna harus bisa menjadi khalifah yang berilmu dan bertanggungjawab atas apa yang telah dipimpinnya.

B.     Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Setiap pengetahuan atau ilmu mempunyai dasar-dasarnya. Dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits (sunah Nabi). Di atas kedua pilar ini dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Menuntut ilmu adalah instruksi agama, karena ilmu merupakan salah satu bekal manusi, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah SWT. memerintahkan manusia untuk “membaca” sesuai firman-Nya :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ.(١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ.(٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ.(٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ.(٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.(٥).

Artinya:
“Bacalah engkau (Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menjadikan (segala makhluk) yang menjadi manusia daripada segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu adalah yang paling Maha Mulia yang mengajar dengan (perantara) kalam. Ia (Allah) yang mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu”. (QS. Al-‘Alaq : 1-5).

Demikian juga banyak dalam Hadits Nabi SAW untuk menuntut ilmu sebagai kewajiban yang harus dilakukan umat Islam, meskipun tempat menuntut ilmu di daerah yang jauh sekalipun, seperti hadits Nabi:
اُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينْ.
Artinya:
            “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”

Adapun tujuan dari Pendidikan Islam di antaranya sebagai berikut:
1.      Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan aturan-aturan dan kehendak Tuhan.
2.      Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahanya.
3.      Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”.


Pendidikan Islam berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik yang berilmu, berteknologi, beriman, dan beramal saleh. Untuk melahirkan manusia yang baik agar bisa menjalankan kekhalifahannya di muka bumi. Semua dilakukan hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah. hal ini diperkuat dengan firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ. (٥٦)
Artinya:
“Tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”.


C.    Lembaga Pendidikan Islam
Pendidikan Islam telah dimulai di Indonesia sejak masuknya Islam ke wilayah ini. Pendidikan Islam mulanya berlangsung di daerah-daerah pesisir pantai. Mereka berdagang sambil mengajarkan agama Islam setelah masyarakat Muslim terbentuk kemudian di bangun masjid sebagai tempat ibadah dan mengajarkan pendidikan Islam melalui ceramah, membaca Al-Qur'an dan lain-lainnya. selanjutnya muncullah lembaga pendidikan yang khusus untuk proses pembelajaran yang disebut Pesantren.
Menurut Haidar Putra, “Lembaga pendidikan Islam terdiri dari 3 bentuk, yaitu :
                              1.            Lembaga pendidikan informal yaitu yang berlangsung di rumah tangga.
                              2.            Lembaga pendidikan non formal yang berlangsung di masyarakat.
                              3.            Lembaga pendidikan formal yang berlangsung di sekolah.
Khusus lembaga pendidikan formal ada empat jenis bentuknya, yakni Pesantren, Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi”. (Lihat Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 10).
Sedangkan menurut Ungguh Muliawan, “Lembaga pendidikan Islam menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, lembaga pendidikan di luar sekolah dan lembaga pendidikan di dalam sekolah”. Lembaga pendidikan di luar sekolah yang dimaksud yaitu lembaga nonformal seperti keluarga, masyarakat, tempat peribadatan, TPA, pesantren. Sedangkan lembaga pendidikan di dalam sekolah (formal) seperti sekolah Islam madrasah dan perguruan tinggi Islam”. (Lihat Jasa Ungguh Muliawan. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Usaha Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 154).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja. Dalam pandangan Ungguh Muliawan bahwa pendidikan di luar sekolah secara hierarkis menduduki tempat pertama (paling konkrit) sekaligus terakhir (paling filosofis) dengan beberapa alasan. Alasan pertama, menurut urutan proses, pendidikan di luar sekolah lebih awal dan akhir didapat oleh peserta didik dibandingkan pendidikan di dalam sekolah. Alasan lain secara Akumulatif ruang dan waktu, pendidikan yang didapat oleh peserta didik di dalam lingkungan persekolahan secara umum relatif lebih sedikit dibandingkan di luar sekolah.


BAB III
GLOBALISASI

A.    Pengertian Globalisasi
Menurut wikipedia, “kata globalisasi di ambil dari kata global yang maknanya universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan kecuali sekitar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. (Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi).  Dari perbedaan orang-orang memandang globalisasi maka muncullah masyarakat yang menerima globalisasi (masyarakat pro-globalisasi) dan masyarakat yang menolak globalisasi (masyarakat anti globalisasi).
Setiap manusia tidak bisa terhindar dari arus globalisasi ini, kecuali dia tidak menjalin kontak dengan orang lain, tidak melihat acara-acara di televisi, tidak mendengarkan radio, dan dia hidup dengan apa adanya. Namun, hanya segelintir manusia bisa melakukan hal seperti itu karena manusia mempunyai sifat makhluk sosial yaitu selalu membutuhkan orang lain.
Globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi. Tetapi dampaknya segera terasa dalam berbagai bidang kehidupan manusia baik ekonomi, politik, perdagangan, gaya hidup, bahkan agama”. (Lihat Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 233.). Begitu cepat masyarakat mengikuti perkembangan zaman, mereka tidak mau ketinggalan sedikitpun dari perkembangan ini.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia:
                              1.            Perubahan dalam konsep dan waktu seperti adanya telepon genggam, televisi,dan internet menjadikan komunikasi semakin cepat.
                              2.            Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan Perdagangan international.
                              3.            Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.
                              4.            Meningkatkan masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan krisis multinasional, instalasi regional, dan lain-lain.

B.     Dampak Globalisasi
Perkembangan zaman mengakibatkan gaya hidup manusia menjadi berubah yang semula mereka saling membutuhkan menjadi bersikap individualis dan tak peduli dengan orang lain. Globalisasi selain menghadirkan dampak ‘positif’ untuk hidup mudah, nyaman, murah, indah, maju. Juga mendatangkan dampak ‘negatif’ yaitu menimbulkan keresahan, penderitaan dan penyesatan.
Bagi masyarakat, Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang banyak menimbulkan dampak negatif yang di bawa oleh negara-negara Barat (terutama Amerika Serikat) dengan tujuan agar masyarakat mengikuti cara hidup di negara mereka. efek-efek negatif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
                              1.            Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang mempunyai nilai materi (tidak produktif) dianggap sebagai tindakan yang rasional.
                              2.            Jatuhnya manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material.
                              3.            Peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedang urusan dunia menjadi wewenang sains (sekularistik).
                              4.            Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, tetapi tidak hadir dalam perilaku dan tindakan.
                              5.            Terjadinya frustasi eksistensial seperti hasrat yang berlebihan untuk berkuasa merasa hidupnya tidak bermakna.
                              6.            Terjadinya ketegangan-ketegangan informasi di kota dan di desa, kaya dan miskin, konsumeris. (Lihat Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 235).

Qodri Azizy menyatakan juga bahwa globalisasi dapat berarti alat. Ketika itu, globalisasi menjadi netral artinya ia mengandung hal-hal positif jika dimanfaatkan dengan tujuan baik dan begitupun sebaliknya. (Lihat Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 22.).


BAB IV
PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI


A.    Pengaruh Globalisasi dalam Pendidikan Islam
Globalisasi sering diterjemahkan mendunia. Segala apapun yang terjadi di dunia begitu cepatnya menyebar di seluruh pelosok baik berupa data, temuan-temuan, bencana, peristiwa apapun. Semua orang di dunia bisa mengetahui semua itu melalui berbagai media seperti HP, TV, Radio. Malahan sekarang ada yang lebih canggih yaitu internet.
Azyumardi Azra  mengatakan “Pendidikan Islam merupakan pendidikan manusia seutuhnya, akal dan ketrampilan dengan tujuan menyiapkan manusia untuk menjalani hidup dengan lebih baik. (Lihat Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. hlm. 5). Namun  hal itu tidak berjalan dengan lurus, karena pendidikan Islam dipengaruhi oleh arus globalisasi yang terjadi saat ini. Globalisasi merupakan ancaman besar bagi pendidikan Islam untuk mempertahankan nilai-nilai agama yang murni.
Perubahan dalam bidang pendidikan meliputi isi pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, dan lain sebagainya. salah satu aspek yang amat besar pengaruhnya adalah kurikulum.” (Lihat Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 95.).
Pendidikan Islam nampaknya masih terkungkung dalam posisi defensif (untuk tidak mengatakan tertinggal) dan tidak mempunyai posisi yang kuat, apalagi ke arah otensif dalam peradaban dunia. padahal pendidikan Islam sarat dengan muatan moral dan spiritual bisa berfungsi, menjadi terapi tragedi kemanusiaan akibat dampak globalisasi.

B.     Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Pendidikan Islam di zaman ini menghadapi tantangan-tantangan yang serius untuk tetap eksis di dunia pendidikan. Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
                                1.            Orientasi dan tujuan pendidikan.
                                2.            Pengelolaan (manajemen) sistem manajemen ini yang akan mempengaruhi dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan.
                                3.            Hasil (out put). Bagaimana produk yang dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out putnya).
Dalam pandangan Haidar Putra Daulay menjelaskan “Tantangan globalisasi bagi pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. Era global adalah era pesaing bebas. Maka akan terjadi pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak. (Lihat Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 27-20). Pertukaran manusia, barang, jasa, teknologi dan lain-lain adalah hal yang dipersaingan dalam era global ini. Untuk itu perlu dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat penting untuk menentukan kualitas lembaga pendidikan, negara dan agama.
Selain tantangan kualitas juga tantangan moral era globalisasi banyak membawa dampak negatif generasi muda sekarang sudah terpengaruh dengan pergaulan yang global. Hal-hal yang tidak  semestinya dilakukan oleh generasi muda seperti minum miras, menggunakan narkoba, melakukan seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi mereka. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu belaka tanpa memikirkan akibatnya. Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin diefektifkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam.

C.    Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Dr. A. Qodri Azizi (2003 : 19) menyatakan “pada prinsipnya globalisasi mengadu pada perkembangan-perkembangan yang cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi dan informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah untuk dijangkau. (Lihat Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 19).
 Dari perkembangan yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Menurut beberapa cendekia muslim, agar Islam dapat berarti bagi masyarakat global maka Islam diharapkan tampil dengan nuansa sebagai berikut:
      1.            Menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi kegarahan hidup modern.
      2.            Menghadirkan Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun yang dianutnya
      3.            Menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif.
      4.            Menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik, etos ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan etos pembangunan.
      5.            menampilkan revivalitas Islam dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi ke dalam (in mard ariented) yaitu membangun kesalehan, intrinsik dan esoteris daripada intersifikasi ke luar (out wad oriented) yang lebih bersifat ekstrinsik dan eksoteris, yakni kesalehan formalitas. (Lihat Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 236-237 ).


D.    Langkah-Langkah Strategis Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri, pendidikan Islam di negeri ini belum mampu menunjukkan jati dirinya. Masyarakat masih melihat dan menilai pendidikan Islam dengan “sebelah mata”. Perlu dilakukan gerakan / langkah-langkah strategis dalam pendidikan Islam di era globalisasi, di antaranya adalah :

                  1.            Membangun Paradigma Pendidikan Islam yang sebenarnya
Melakukan kajian yang mendalam untuk membangun kembali paradigma pendidikan Islam sesuai dengan semangat ’Ruhul Islam’ yang sebenarnya. Pendidikan Islam yang berpijak kepada Al Qur’an dan AsSunnah. Pikiran-pikiran yang perlu ditegaskan antara lain:

                  2.            Membangun Model Lembaga Pendidikan Islam yang ideal
Perlu ada model sekolah/lembaga pendidikan Islam yang dibangun dengan format yang ideal. Boleh jadi ada satu sekolah yang memiliki satu atau dua keunggulan, sementara sekolah lain memiliki keunggulan pada aspek lainnya. Sekolah-sekolah model inilah yang kemudian dapat dijadikan contoh yang dapat ditiru oleh sekolah-sekolah Islam lainnya. Setidaknya kita berharap akan menemukan lembaga pendidikan Islam yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Mengusung nilai dan pesan Islam sebagai ruh dalam setiap kegiatan sekolah. Seluruh dimensi kegiatan sekolah senantiasa bernafaskan semangat nilai dan pesan-pesan Islam. Adab dan etika pergaulan seluruh waga sekolah dan lingkungannya, tata tertib dan aturan, penataan lingkungan, pemfungsian mesjid/musholla, aktivitas belajar mengajar, berbagai kegiatan sekolah baik reguler ataupun non reguler semuanya mencerminkan realisasi dari ajaran Islam.
b.      Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran mengacu kepada prinsip-prinsip belajar, azas-azas psikologi pendidikan serta perkembangan kemajuan teknologi instruksional. Menggunakan kemampuan dan keterampilan berfikir yang kaya seperti : berfikir kritis, kreatif, analitis, induktif, deduktif, problem solving melalui berbagai macam pendekatan pembelajaran. Penggunaan sumber, media dan peraga dalam kegiatan belajar merupakan bagian dari upaya memunculkan suasana belajar yang stimulatif, motivatif dan fasilitatif. Pembelajaran harus lebih diarahkan pada pada proses learning yang produktif, ketimbang proses teaching. Peserta didik diarahkan dan difasililitasi untuk mampu mendaya-gunakan kemampuannya sebagai pembelajar yang terampil dan produktif.
c.       Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter peserta didik. Seluruh tenaga kependidikan (baik guru maupun karyawan sekolah) mesti menjadi figure contoh bagi peserta didik. Keteladan akan sangat berpangaruh terhadap hasil belajar. Dan kualitas hasil belajar sangat dipengaruhi kualitas keteladanan yang ditunjukkan oleh tenaga kependidikan.
d.      Menumbuhkan nuansa religius dalam iklim dan lingkungan sekolah: Lingkungan sekolah harus marak dan ramai dengan segala kegiatan dan perilaku yang terpuji seperti: terbiasa dengan menghidupkan ibadah dan sunnah, menebar salam, saling hormat-menghormati dan menyayangi dan melindungi, bersih dan rapih. Di sisi lain lingkungan sekolah juga harus terbebas dari segala perilaku yang tercela seperti umpatan, makian, dll.
e.       Melibatkan peranserta orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Ada kerjasama yang sistematis dan efektif antara guru dan orangtua dalam mengembangkan dan memperkaya kegiatan pendidikan dalam berbagai aneka program. Guru dan orangtua saling bahu-membahu dalam memajukan kualitas sekolah. Orangtua harus ikut secara aktif memberikan dorongan dan bantuan baik secara individual kepada putera-puterinya maupun kesertaan mereka terlibat di dalam sekolah dalam serangkaian program yang sistematis. Keterlibatan orangtua memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan performance sekolah.
f.       Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu. Ada system manajemen mutu terpadu yang mampu menjamin kepastian kualitas penyelenggaraan sekolah. Sistem dibangun berdasarkan standar mutu yang dikenal, diterima dan diakui oleh masyarakat.

                  3.            Memperkaya Kurikulum PAI yang berwawasan: perjuangan, kebangsaan, global, iptek, demokratis, pluralis.
Pelajaran Agama Islam bukan semata mempelajari materi-materi Islam dalam konteksnya sebagai ’ulum syar’iyah (Fiqh, Ibadah, Akhlaq, Aqidah) , melainkan diposisikan sebagai pelajaran agama yang memberikan kerangka pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat relevan dan dibutuhkan dalam konteks kehidupan masa kini. PAI berwawasan perjuangan berarti menegaskan pentingnya semangat juang yang tinggi untuk membela kebenaran, keadilan, kezhaliman, kemunkaran sebagaimana yang banyak dipesankan oleh AlQur’anul Karim. PAI berwawasan kebangsaan berarti, di dalamnya juga terkandung muatan nilai-nilai cinta dan bela tanah air, selalu peduli akan kejayaan dan kemakmuran bangsa dan negara. PAI berwawasan global berarti menjadikan Islam agama yang mampu memberikan perspektif, arahan dan bekalan dalam kehidupan global yang sangat syarat dengan kemajuan sains dan teknologi yang berimplikasi luas bagi kehidupan antar manusia (mu’amalah). PAI berwawasan iptek berarti memberi kerangka yang tepat bagi pengembangan dan penggunaan iptek untuk kemaslahatan kehidupan (wasailul hayah), yang implikasinya adalah PAI yang seimbang antara aspek fikr dan dzikr; memicu dan memacu peserta didik, untuk berfikir keras dan mendalam tentang alam. PAI berwawasan demokratis menekankan kepada inti dari demokrasi itu sendiri yaitu: penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, yang sungguh sangat dijamin dalam ajaran Islam. PAI berwawasan tawasuth berarti menjelaskan bahwa Islam menerima (toleran) terhadap berbagai keragaman etnis, budaya, bangsa dan agama sebagai suatu realita kehidupan, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip aqidah yang sudah jelas (qoth’i).
                  4.            Membangun Jaringan Lokal dan Global dengan sesama lembaga pendidikan Islam
Percepatan kemajuan lembaga pendidikan Islam sangat ditentukan oleh kemampuan mereka dalam membangun kerjasama. Diperlukan networking
yang efektif yang dapat memainkan peranan dalam:
ü  Meningkatkan mutu dan intensitas komunikasi virtual sehingga terjadi sharing (berbagi): masalah, penglaman, infromasi, sumber (resources), kerjasama melalui media milis, website, sms.
ü  Menggalakkan kerjasama peningkatan mutu penyelenggaraan antar jaringan sekolah pada regional/wilayah terjangkau sehingga terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan mutu sekolah. Contoh: - kelompok kerja profesional (kepala sekolah, guru bidang studi, walikelas, kepala tata usaha).
ü  Menggalakkan kompetisi yang sehat (Fastabiqul Khoyrot) untuk memacu dan memicu motivasi berkarya, mengembangkan inovasi dan prestasi melalui serangkaian lomba: olimpiade mata pelajaran,
ü  Menggalakkan kompetisi yang sehat (fastabiqul khoyrot) untuk memacu dan memicu motivasi berkarya, mengembangkan inovasi dan prestasi melalui serangkaian lomba: olimpiade mata pelajaran, karya kreasi guru, sekolah asri, dsb.
ü  Menyelenggarakan kegiatan siswa bersama: jambore, ekshibisi, study tour, pertukaran siswa.

                  5.            Menjalin kemitraan dengan industri, institusi dan pusat-pusat iptek, budaya dan ekonomi
Mendekatkan dunia pendidikan Islam dengan dunia nyata dan kongkrit merupakan salah satu upaya yang sangat berarti. Dengan jalinan kerjasama dan kemitraan yang efektif kepada industri, institusi atau lembaga-lembaga iptek, budaya ataupun lembaga ekonomi, bahkan instansi militer akan memperkaya dan memperluas sumber belajar. Jalinan kemitraan ini akan menutupi banyak kelemahan dan kekurangan sumber daya yang dimiliki lembaga pendidikan Islam. Pendidikan sains akan sangat efektif ketika peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dan langsung di pusat-pusat penelitian dan pengembangan seperti LIPI, BPPT, Puspiptek dll. Wawasan HAM, Demokrasi ataupun Politik dapat dipelajari langsung di lembaga-lembaga Negara, partai politik, LSM dan sebagainya. Demikian pula pada upaya peningkatan mutu pembelajaran social, ekonomi, budaya, hukum bahkan agama dapat diperkaya dengan pendekatan “experience learning” ke sentra-sentra kegiatan nyata di tengah-tengah masyarakat.



















BAB V
PENUTUP

Kebangkitan dan kejayaan suatu kaum tidak akan pernah sukses kalau sendi dan pilar pendidikannya rapuh. Menjayakan sekolah merupakan suatu keniscayaan (compulsary) yang tidak terbantahkan baik ditinjau dari aspek logis, idealis, filosofis ataupun historis. Sekolah Islam seharusnya memainkan peranan yang penting dalam memajukan mutu pendidikan, baik untuk dirinya maupun dalam konteks pendidikan nasional. Kebangkitan sekolah Islam bersendikan kepada pengembangan model sekolah yang mengacu kepada azas-azas pendidikan sebagaimana diisyaratkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah, dan diinspirasi oleh temuan-temuan riset pendidikan dan pengalaman sekolah-sekolah modern kelas dunia.

A.    Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada intinya pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Maka yang harus dilakukan adalah mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan global agar menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu, supaya mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global
B.     Saran
ü  Agama Islam adalah Agama yang luas, termasuk ajaran-ajaran atau metode-metode tentang pengajaran dan pendidikan, namun pilihlah di antara jalan tersebut apa yang kita merasa cocok.
ü  Di harapkan kepada para pembaca, untuk pembuatan makalah selanjutnya, agar bisa menambah referensi yang lebih mendukung, karena dalam pembuatan makalah ini penyusun hanya menggunakan beberapa referensi saja, hal ini di karenakan keterbatasan pengetahuan dan sumber yang penyusun dapatkan.





DAFTAR PUSTAKA



Arifi, Ahmad. (ed). 2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Azizy, A. Qodri. 2003. Melawan Globalisasi: Interpretasi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azra, Azyumardi. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Daulay, A. Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Usaha Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifai'i, Moh. dan Rosidi Abdulghani. 1991. Al-Qur'an dan Terjemah. Semarang: CV. Wicaksana.
Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Wikipedia. 2009. Globalisasi (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi, diakses tanggal 25 Desember 2009).
Wikipedia. 2009. Pendidikan (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan, diakses tanggal 25 Desember 2009)
Wordpress. 2009. Definisi Islam (online) (http://islam murni.wordpress.com/2009/ 10/31/definisi Islam/, diakses tanggal 25 Desember 2009)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar