BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kajian psikologi tubuh
manusia terdari dari dua komponen yang sangat penting dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari, komponen itu terdiri dari fisik dan psikis. Dari dua
komponen itulah manusia bisa menyesuaikan dirinya pada lingkungannya, itulah
salah satu ciri-ciri orang yang bisa dikatakan sehat mental. Dalam perkembangan
globalisasi saat ini banyak orang yang terjebak pada perkembangan tertentu sehingga
membuat mereka menjadi sakit mental tetapi mereka tidak merasakannya. Inilah
fenomena yang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini, sehingga membuat kita
tidak sadar akan hal itu.
Sangat penting bagi kita untuk
memperbaiki, memberikan cara ataupun mengobati bahkan memberikan terapi, dalam
psikologi disebut dengan Psikoterapi untuk mengurangi hal-hal yang akan
menyebabkan manusia itu tidak sehat mentalnya. Dengan memberikan terapi pada
orang-orang yang tidak sehat mentalnya akan membantu mereka menjauhi hal-hal
yang menyebabkan mental mereka tidak sehat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian dan penjelasan singkat tentang mata kuliyah
Psikologi Agama semester VI.
C.
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan singkat tentang mata kuliyah
Psikologi Agama semester VI.
D.
Menfaat Penulisan
1.
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliyah Psikologi Agama.
2.
Menambah wawasan terhadap pengertian Psikologi Agama secara umum.
3.
Untuk dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Psikologi Agama
Terdapat
beberapa versi tentang sejarah perkembangan psikologi Agama, salah satunya
adalah menurut pakar psikolgi Agama di Indonesia, Prof. Dr. Zakiyah Darajat.
Yang secara ringkasnya adalah bahwa yang mula-mula berani mengemukakan hasil
penelitiannya secara ilmiyah tentang Agama adalah Flazer dan Taylor. Mereka
mengungkap berbagai macam Agama primitif dan menemukan persamaan yang sangat
jelas antara berbagai bentuk peribadatan dan peribadatan pada orang-orang
primitif, seperti pengorbanan karena dosa warisan, keingkaran hari berbangkit
dan sebagainya. Hasil penelitian Flazer dan Taylor tersebut telah membangkitkan
perhatian ahli-ahli untuk memandang Agama sebagai suatu aspek yang dapat di
teliti dan di pelajari sebagaimana aspek-aspek lain dalam kehidupan manusia.
B.
Pengertian Dasar Psikologi Agama
a.
Pengertian
Psikologi. Kata psikolog berasal dari bahasa Yunani “psyce” yang artinya jiwa,
dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara sederhana psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang ilmu jiwa.
b.
Pengertian
Agama. Menurut Harun Nasution, Agama dalam bahasa arab artinya hukum, ikatan
dan peraturan.
Dengan
demikian pengertian psikologi Agama dapat di artikan sebagai ilmu pengetahuan
yang menjelaskan tentang kehidupan manusia dalam beragama dan mempelajari
berapa besar pengaruh keyakinan Agama itu dalam kehidupan manusia pada umumnya.
C.
Lima Dimensi Keberagaman
Lima demensi keberagaman tersebut adalah :
1.
Dimensi
Ideologis.
2.
Dimensi
Ritual.
3.
Dimensi
Konseksuensial.
4.
Dimensi
Eksperiensial.
5.
Dimensi
Intelektual.
D.
Metodologi Dalam Psikologi Agama dan Tradisi Penelitiannya
Metodologi
dalam psikologi Agama dalam penelitiannya adalah dengan mempelajari fakta-fakta
berdasarkan data yang tekumpul dan di analisis secara objektif.
Dalam melakukan penelitian psikologi Agama perlu di perhatikan
beberapa hal berikut :
1.
Memiliki
kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran bathin manusia.
2.
Mengenal
dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya.
3.
Tidak
mencampur adukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan yang bersifat hayalan.
4.
Memiliki
konsep mengenai Agama serta mengetahui metodologinya.
5.
Menyadari
tentang adanya perbedaan antar ilmu dengan Agama.
6.
Mampu
menggunakan alat-alat yang di gunakan dalam penelitian ilmiah.
E.
Agama, Doktrin dan Aspek-Aspek Keagamaan Mengenai Pengalaman Puncak
Islam sebagai
doktrin, di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut : “Islam adalah
wahyu yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk
kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.
Agama Samawi
dan kebudayaan tidak saling mencakup, pada prinsipnya yang satu tidak merupakan
bagian dari yang lainnya, masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu
saja dapat saling berhubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan
manusia sehari-hari, sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami
dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan bagian dari istri,
demikian pula sebaliknya.
F.
Agama, Diagnosis Kejiwaan dan Kesehatan Mental
Diagnosis
secara umum dapat di artikan dengan tipe kategorisasi taraf ekspert. Dalam
pengertian tertentu, dalam penggunaan diagnosis, yang tepat tentunya, kita
dapat segera melakukan tindakan-tindakan, sebagaimana kita lihat dalam dunia
kedokteran. Dalam diagnosis kejiwaan terdapat beberapa metode :
1.
Assesment
dan Diagnosis :
a.
Assessment
secara umum berarti pengukuran secara sistematik terhadap faktor psikologis,
biologis, dan sosial pada diri individu yang di duga mengalami gangguan
psikologis.
b.
Diagnosis
adalah menentukan apakah masalah tertentu yang menimpa individu.
2.
Pemeriksaan
Status Kejiwaan, di antaranya meliputi :
a.
Obserfasi
sistematik terhadap prilaku seseorang indifidu.
b.
Pemeriksaan
status kejiwaan, meliputi 5 kategori :
Ø Penampilan dan prilaku.
Ø Proses berfikir.
Ø Suasana perasaan.
Ø Fungsi intelektual.
Ø Sensorium.
c.
Penampilan
dan prilaku yang tampak, cara berpakaian dan berpenampilan, ekspresi.
d.
Proses
berpikir, kecepatan berbicara.
e.
Suasana
perasaan.
f.
Fungsi
intelektual, ingatan, pengukuran.
g.
Sensorium,
kesadaran akan keadaan sekitar.
3.
Pemeriksaan Fisik.
4.
Assesssment
Behavioral, yang intinya merupakan tindakan lanjut dari pemeriksaan status
kejiwaan dengan cara melakukan observasi langsung dan formal untuk mengukur
pikiran, perasaan dan prilaku individu dalam situasi atau konteks tertentu.
5.
Tes
Psikologi.
6.
Diagnosis.
Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu meliputi sistem
tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk
mempertinggi kesehatan rohani (M.Bukhori:13). Kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental. Mental yang sehat
tidak mudah teganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres), orang yang
memiliki kesehatan mental berarti mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya,
mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sediri, baik aspek
spiritual, emosional, maupun intelektual. Orang yang sehat mentalnya ialah
orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan
tentram. Dalam ilmu kedokteran di kenal dengan istilah psikosomatik (kejiwabadanan).
Adapun ciri-ciri kesehatan mental, dapat di kelompokkan menjadi
enam kelompok :
1.
Memiliki
sikap bathin yang positif terhadap dirinya sendiri.
2.
Aktualisasi
diri.
3.
Mampu
mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang ada.
4.
Mampu
berotonom terhadap diri sendiri.
5.
Memiliki persepsi objektif terhadap realitas
yang ada.
6.
Mampu
menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia
dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang di
lakukunnya sehingga dia akan mampu mengontrol daqn mengendalikan dirinya
sendiri.
Mengenai hubungan antara Agama dan kesehatan mental/kejiwaan dalam
kaitannya dengan hubungan antara Agama sebagai keyakinan dan kesucian jiwa
terletak pada sikap penyerahan diri seorang hamba kepada sesuatu yang Maha
Tinggi. Sikap pasrah serupa itu akan memberikan sikap optimis pada seseorang
sehingga akan muncul perasaan positif seperti bahagia, rasa senang, puas,
merasa sukses, aman.
G.
Agama dan Rasionalitas Manusia
Agama
dalam pandangan umum adalah sebuah ikatan atau peraturan yang harus di pegang
oleh para penganutnya. Rasional menurut kamus bahasa Indonesia artinya “menurut
pikiran dan pertimbangan dengan alasan yang logis”, artinya sesuai dengan akal
sehat. Kepahaman dari rasionalitas manusia adalah jangkaun akal manusia.
Dalam Agama Islam, setidaknya ada dua konsep yang dalam Islam
sebagai Agama yang rasional :
1.
Konsep
yang beredar di masyarakat tentang Islam yang memiliki pembenaran yang rasional
atas aturan-aturannya bahkian akidahnya. Yang di maksud pembenaran rasional di
sini adalah ada manfaatnya. Aturan dalam Islam pasti mengandung suatu manfaat. Dengan
konsep ini, ramailah orang-orang mencari-cari apa manfaat dari satu perintah
atau larangan Allah. Fenomena ini bisa kita lihat dari ramainya buku tentang
manfaat shalat, wudhu, shaum di tinjau dari berbagai segi seperti kesehatan
atau psikologis.
2.
Islam
merupakan Agama yang rasional karena dasar-dasarnya dibangun di atas
hujjah-hujjah yang dapat di buktikan dengan rasional.
Dari penjelasan di atas secara umum dapat di simpulkan, bahwa Agama
dengan rasionalitas manusia sangtlah erat hubungannya, sebab konsep Islam
sebagai Agama yang rasional terdapat banyak hal yang dapat di kaji dari sisi
ilmiyahnya.
H.
Psikoreligius dan Psikospiritual
Psikoreligius adalah salah satu pengobatan jiwa yang menekankan pada aspek
kerohaniannya, seorang dokter ahli jiwa tidak hanya melihat pasiennya dari segi
fisik, psikologi dan sosial budayanya saja, tetapi juga melihat dari segi
spiritualnya.
Psikospiritual adalah usaha untuk meningkatkan spiritual kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan cara membangkitkan aktivitas ibadah kepada-Nya.
I.
Konversi Agama
Konversi
Agama secara umum dapat di artikan dengan berubah Agama ataupun masuk suatu
Agama. Konversi menurut bahasa berarti pindah, berubah (agama). Sedangkan
menurut istilah salah satu pakar psikolog Max Heirich adalah suatu tindakan di
mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau bepindah ke suatu sistem
kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
Terdapatdua faktor yang menyebabkan terjadinya konversi Agama,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a.
Faktor
intern meliputi :
1.
Faktor Kepribadian.
2.
Faktor Pembawaan.
b.
Faktor
ekstern meliputi :
1.
Faktor keluarga.
2.
Faktor lingkungan.
3.
Perubahan
status (seperti perceraian, di keluarkan dari sekolah, perubahan pekerjaan
dll.)
4.
Kemiskinan.
Konversi Agama secara umum dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :
a.
Konversi
internal, seperti ketika seseorang pindah dari madzhab tertentu ke madzhab yang
lain.
b.
Konversi
eksternal, seperti ada seseorang pindah dari Agama satu ke Agama yang lain.
J.
Agama dan Perubahan Sosial
Agama
memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia baik pada per orang maupun
masyarakat luas. Salah satu contoh fungsi Agama dalam masyarakat antara lain :
1.
Berfungsi
edukatif, artinya para penganut suatu Agama berpendapat bahwa ajaran Agama yang
mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus di patuhi.
2.
Berfungsi
penyelamat, artinya keselamatan yang di berikan oleh Agama kepada penganutnya
adalah meliputi dua alam, yaitu dunia dan akhirat.
3.
Berfungsi
sebagai pendamaian, artinya melalui Agama, orang yang bersalah/berdosa dapat
mencapai kedamaian bathin melalui tuntunan Agama.
4.
Berfungsi
sebagai Social Control, artinya ajaran Agama oleh penganutnya di anggap sebagai
norma. Sehingga dalam hal ini, Agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial
secara indifidu maupun kelompok.
5.
Berfungsi
sebagai pemupuk rasa solidaritas.
6.
Berfungsi
Transformatif, artinya ajaran Agama dapat mengubah kehidupan kepribadian
seseorang/kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran yang di anutnya.
7.
Berfungsi
Kreatif, artinya ajaran Agama mengajak penganutnya untuk bekerja produktif,
bukan saja untuk kepentingan pribadinya, tapi untuk kepentingan orang lain.
8.
Berfungsi
Sublimatif, artinya ajaran Agama menfokuskan segala usaha manusia, bukan saja
yang besifat ukhrowi, tapi juga yang bersifat duniawi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan secara singkat di atas secara umum dapat di tarik
kesimpulan bahwa Psikologi Agama merupakan suatu pengetahuan untuk mengetahui
gejala-gejala watak dan jiwa manusia, dan hal ini sangat penting untuk kita
ketahui, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat
dapat hidup sendiri.
B.
Saran
Ø Agama Islam adalah Agama yang luas, termasuk ajaran-ajaran atau
metode-metode tentang Psikoreligius dan Psikospiritual, termasuk mendekatkan
diri kepada Allah pun banyak jalan dan aturannya, namun pilihlah di antara
jalan tersebut apa yang kita merasa cocok.
Ø Di harapkan kepada para pembaca, untuk pembuatan makalah
selanjutnya, agar bisa menambah referensi yang lebih mendukung, karena dalam
pembuatan makalah ini penyusun hanya menggunakan beberapa referensi saja, hal
ini di karenakan keterbatasan sumber yang penyusun dapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar